Muhammad Ali adalah legenda. Saat
ini nama besar Muhammad Ali tetap akrab didengar di seluruh dunIa. Dia memang
petinju yang berhasil menjadi yang terbaik di bumi, namun sikapnya, menunjukan
bahwa dia bukanlah petinju kebanyakan yang hanya biasa-biasa saja. Muhammad Ali
adalah petinju yang menginspirasi. Cara dia memandang dirinya sendiri dan dunia
telah menjadi rujukan bagi para motivator kelas dunia untuk membangkitkan
passion kepemimpinan maupun pengembangan diri para muda-mudi dalam mengarungi
kehidupannya.
Apakah yang dilakukan oleh
Muhammad Ali? Sepintas terlihat bahwa apa yang dilakukan oleh Muhammad Ali
adalah hal yang biasa saja, sama seperti petinju kebanyakan. Ia berlatih, Ia
melompat, Ia berkuda-kuda, Ia melancarkan psy-war pada lawan tandingnya, Ia
menghindari pukulan, Ia memukul jatuh lawan-lawannya, yang mana itu semua
dilakukan juga oleh petinju lainnya. Lalu apa yang membuat Muhammad Ali begitu
luar bIasa, fenomenal dan inspiratif? Tentu saja karena Muhammad Ali memiliki
mekanisme motivasi yang sangat baik, yang kemudian, mempengaruhi seluruh
tubuhnya dengan sangat dahsyat untuk selalu melakukan hal-hal terbaik.
Muhammad Ali selalu mensugesti
positif dirinya sendiri, sekalipun ketika Ia akan memulai pertandingan
tinjunya. Melompat-lompat ketika akan memulai pertandingan adalah caranya
berekspresi lalu memotivasi diri melalui berterIak. “I’m The King.... I do My
best.... I’m The King.... I’m greatest in the world....”. Nyaris hampir di setiap
pertandingan Muhammad Ali melompat dan berteriak, tak ayal Ia dijuluki Si Mulut
Besar. Muhammad Ali berteriak lantang bukan untuk menyombongkan diri, namun Ia
berteriak untuk berbicara pada dirinya sendiri, Ia berteriak untuk memotivasi
dirinya sendiri, Ia berteriak untuk membangkitkan potensi terbaiknya. Ia berteriak
sehingga semangat untuk melakukan hal terbaik merasuki alam bawah sadarnya
sehingga semua gerak langkahnya dalam bertinju sudah terotomatisasi untuk
melakukan hal-hal terbaik yang bisa Ia lakukan.
Dalam ilmu kejiwaan atau
psikologi kita pernah mendengar istilah “self talking”. Self talking
berpengaruh luar biasa dalam membangkitkan motivasi seseorang, hal ini
dikarenakan tubuh menerima stimulus-stimulus melalui kata-kata yang
berulang-ulang, sehingga tubuh akan menyimpan memori kata-kata tersebut dalam
alam bawah sadar. Seperti kita ketahui bahwa alam bawah sadarlah yang melakukan
respon atau reflek atas sesuatu stimulus yang diterima tubuh. Dalam beberapa
hal, self talking yang dilakukan dengan cara yang benar dan untuk tujuan yang
benar akan menghancurkan mental block. Dalam penerapannya oleh Muhammad Ali, self
talking ini bukan satu-satunya faktor yang membuat Muhammad Ali istimewa, ada
faktor lain pada Muhammad Ali yang disebut dengan berfikir positif. Berfikir
positif yang dilakukan oleh Muhammad Ali merupakan hal yang menjadi pembeda,
berfikir positif dipadukan dengan mekanisme self talking yang baik menjadikan
seorang Muhammad Ali seorang juara dunia, kedua hal tersebut tidak menjadikan Muhammad
Ali menjadi pemenang biasa, namun menjadikan Muhammad Ali sebagai salah satu
tokoh besar dunia.
Lalu bagaimanakah apabila self
talking dipadukan dengan pikiran negatif? Hal ini terjadi pada rekan beda zaman
Muhammad Ali, sesama petinju. Adalah Mike Tyson yang melakukannya. Mike adalah
juara dunia tinju, sama halnya seperti Ali, namun pikiran negatif yang menjadi
fondasi dari seorang Mike Tyson. Mike memang juga senang berteriak dengan
lantang pada lawan-lawannya “I’ll kill You.... I’ll kill You....”. Tidak ayal
bukan sportifitas yang ditunjukan Mike, namun beberapa sikap menunjukan citra
negatif dari seorang Mike Tyson. Salah satu dari sikap buruk yang timbul
diantaranya menggigit telinga dari Evander Holyfield, bahkan Mike sempat diduga
melakukan pemukulan dan pemerkosaan.
Self talking merupakan salah satu
cara untuk memotivasi diri dan merupakan cara menstimulus tubuh kita untuk
beraksi dan bertindak melakukan hal terbaik, namun arah tujuan sebuah tindakan
dilakukan haruslah berdasarkan pemikiran yang jelas, positif atau negatif.
Apabila pikiran positif yang menjadi fondasi maka prestasi seperti Muhammad Ali
bukan mustahil kita capai. Berbanding terbalik dari hal tersebut, apabila
pemikiran negatif yang bertahta, lalu dibumbui dengan self talking yang negatif
maka sesungguhnya kita telah memicu trigger bom waktu yang akan merugikan diri
kita sendiri dan orang-orang disekeliling kita.
Untuk itu, berguru pada
pengalaman guru kehidupan yaitu seorang Muhammad Ali, mari kita melakukan
refleksi diri. Apakah kita memiliki pemikiran yang selalu positif menghadapi
berbagai hal dan peristiwa atau justru negatif yang sering kita pikirkan?
Apakah pemikiran positif kita sudah berada dalam tahap pelaksanaan atau hanya
sebatas pemikiran? Apakah kita memiliki motivasi yang kuat melakukan pemikiran
positif kita? Apakah kita sering melakukan self talking mengenai hakikat sebenarnya
kehidupan kita? Hanya kita yang bisa melakukannya, dan biarkan waktu
membuktikan....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar